Siapa hayoo yg kalo dengar kata diskon gendang telinganya besar matanya melotot?
Disadari atau nggak, kata diskon merupakan jurus ampuh yg selalu bisa membuat jualan laku. Percaya deh, kalau ada kata diskon terpampang pasti banyak orang yg bakalan menyerbu.
Sebenarnya sih diskon itu cuman strategi pemasaran yg digunain penjual untuk mengelabui konsumen. Iya?
Setidaknya, ada dua strategi diskon (lebih tepatnya sih pemalsuan diskon wkwkwk) yg biasa digunakan oleh penjual untuk membuat barangnya laku. Pertama, diskon diberikan hanya untuk produk yang merupakan barang lama yg gak laku. Namanya barang lama daripada gak laku terus gitu menuhin gudang mending dijual dengan harga murah (diberi potongan harga) biar bisa diganti dengan produk baru yg lebih trendi.
Kedua, terkadang sebelum didiskon, harga dinaikkan terlebih dahulu. Jadi misalnya ada barang dengan harga sebenarnya Rp.100.000, nah dinaikkan nih oleh si penjual menjadi Rp.200.000 terus diberi diskon 50%. Paham kan? Jadi sebenarnya saat diberi diskon ya kembali ke harga asli barang tadi, Rp100.000. Ketipu kan?
Dari dua strategi diskon itu, masih ada satu lagi strategi pemasaran yg biasa digunain oleh penjual untuk mengelabui kita. Biasa lihat kan di supermarket ada harga barang misalnya Rp.199.900 atau Rp5.990? Kenapa gak dibulatin aja sih jadi Rp200.000 atau Rp6.000, toh cuma beda 100 dan 10 rupiah? Nah, itu tuh yg jadi strateginya. Kita bakalan mikir kalo barang dengan harga Rp.199.900 lebih murah daripada yg Rp200.000 padahal cuma beda Rp100 yg kembaliannya biasa diganti satu permen karena gak ada uang koin hiksss.
Intinya, saya cuman mau ngajak kita (sebagai konsumen) buat jadi konsumen yg pintar. Minimal bisa bedain mana kebutuhan dan mana keinginan. Biar kita gak ditipu oleh syaiton diskon di kepala kita wkwkwk.
Disadari atau nggak, kata diskon merupakan jurus ampuh yg selalu bisa membuat jualan laku. Percaya deh, kalau ada kata diskon terpampang pasti banyak orang yg bakalan menyerbu.
Sebenarnya sih diskon itu cuman strategi pemasaran yg digunain penjual untuk mengelabui konsumen. Iya?
Setidaknya, ada dua strategi diskon (lebih tepatnya sih pemalsuan diskon wkwkwk) yg biasa digunakan oleh penjual untuk membuat barangnya laku. Pertama, diskon diberikan hanya untuk produk yang merupakan barang lama yg gak laku. Namanya barang lama daripada gak laku terus gitu menuhin gudang mending dijual dengan harga murah (diberi potongan harga) biar bisa diganti dengan produk baru yg lebih trendi.
Kedua, terkadang sebelum didiskon, harga dinaikkan terlebih dahulu. Jadi misalnya ada barang dengan harga sebenarnya Rp.100.000, nah dinaikkan nih oleh si penjual menjadi Rp.200.000 terus diberi diskon 50%. Paham kan? Jadi sebenarnya saat diberi diskon ya kembali ke harga asli barang tadi, Rp100.000. Ketipu kan?
Dari dua strategi diskon itu, masih ada satu lagi strategi pemasaran yg biasa digunain oleh penjual untuk mengelabui kita. Biasa lihat kan di supermarket ada harga barang misalnya Rp.199.900 atau Rp5.990? Kenapa gak dibulatin aja sih jadi Rp200.000 atau Rp6.000, toh cuma beda 100 dan 10 rupiah? Nah, itu tuh yg jadi strateginya. Kita bakalan mikir kalo barang dengan harga Rp.199.900 lebih murah daripada yg Rp200.000 padahal cuma beda Rp100 yg kembaliannya biasa diganti satu permen karena gak ada uang koin hiksss.
Intinya, saya cuman mau ngajak kita (sebagai konsumen) buat jadi konsumen yg pintar. Minimal bisa bedain mana kebutuhan dan mana keinginan. Biar kita gak ditipu oleh syaiton diskon di kepala kita wkwkwk.
Comments