Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

SURGA & NERAKA vs. TUHAN

Saya coba bertanya ke seorang teman kenapa dia rajin sholat dan dia menjawab: "karena pengen masuk syurga dan takut masuk neraka" Saya bertanya lagi ke seorang teman yang lain dengan pertanyaan yang sama lalu dia menjawab: " karena itu perintah Allah" Lalu saya bertanya sekali lagi padanya: "kenapa melaksanakan perintah Allah?" Dan dia menjawab "karena saya pengen masuk syurga" Lalu saat saya bertanya pada diri saya sendiri, saya tetap menemukan jawaban yang sama: karena pengen syurga dan takut neraka. Mari kita buat perandaian: Saat seorang anak kecil diperintahkan untuk tidur siang oleh orangtuanya, Ia akan segera tidur ketika diimingi-imingi hadiah atau ketika diancam diberi hukuman jika Ia tidak melakukannya. Ia segera tidur siang bukan sebagai wujud berbakti dan kasih sayangnya terhadap orangtua yang telah membuatnya lahir ke dunia. Karena pada tahap tersebut,  anak kecil itu bahkan belum tahu apa itu berbakti dan bagaimana Ia har

(Jika) ini tentang Pak Joko dan Pak Wowo...

Dua hal yang selalu berhasil 'membutakan' manusia adalah: cinta dan benci. Apalagi dalam kadar yang berlebihan. Saat rasa cinta kita terlalu besar pada seseorang, maka apapun tindakan dari orang tersebut akan selalu benar di mata kita. Apapun perbuatannya akan selalu baik menurut kita. Tidak ada satu tindakan darinya yang salah, tidak ada satu perbuatan darinya yang buruk menurut kita. Pun saat telinga kita 'berhasil' mendengar kesalahannya, saat mata kita 'berhasil' menemukan keburukannya, kita tetap tidak akan mengakuinya sebagai suatu kesalahan atau pun suatu keburukan. Karena sekali lagi: tidak ada satu tindakan darinya yang salah, tidak ada satu perbuatan darinya yang buruk menurut kita. Sebaliknya saat kita memiliki rasa benci yang besar terhadap seseorang. Setiap langkah yang Ia ambil adalah salah di mata kita. Setiap perbuatan yang Ia lakukan akan selalu buruk di mata kita. Meskipun 'diam-diam' ada bagian dalam hati kita yang menga

SAGAWELE: Pelabuhan Kenangan

Kalian bisa mendapatkan sinyal handphone untuk nelpon dan sms-an di tempat ini. Jika beruntung, kalian juga bisa mengakses internet dengan catatan harus sabar karena 'leletnya' minta ampun. Yaa, masih mending daripada gak bisa sama sekali, kan? Hahaha Dulu waktu kecil, tempat ini menjadi favorit saya dan teman-teman, apalagi saat turun hujan tempat ini akan dipenuhi oleh kami. Ada yang setengah telanjang, ada yang telanjang tanpa sehelai benang, juga ada yang pakai celana panjang dengan kaos lengan panjang; lengkap. Pokoknya telanjang atau tidak yang penting kami bisa mandi hujan dan bisa ke tempat ini. Ramai-ramai kami melompat ke laut, naik lagi ke atas pelabuhan lalu melompat lagi, begitu seterusnya. Ada yang main dorong-dorongan, ada yang unjuk bakat; melompat dengan berbagai gaya. Waktu pulang adalah saat bibir kami mulai membiru dan badan mulai menggigil. Euforia masa kecil saat hujan turun itu masih terasa setiap kali saya ke tempat ini... #cttnAA #Sagawele

My Dearest Friends: Akuntansi UMMU 014

"Ingatlah: saat waktu membuat jarak di antara kita semakin melebar, peluklah semua kenangan kita dengan erat" (-Alan Arifin) Aku masih ingat dengan sms-sms menjengkelkan kalian yang sering masuk di handphoneku soal dosen dan jam kuliah khakahakakak. "Dosen so masuk, cepat daa" dulu sms itu yang sering aku kirim ke kalian meskipun dosennya belum datang dan entah kenapa kalian selalu percaya khakahakak. Hari ini-jika tidak salah-tepat tiga tahun sembilan bulan 25 hari waktu menggerogoti kebersamaan kita. Hampir empat tahun! Dulu, waktu kita masih sering mengeluh sama-sama karena ribetnya tugas kuliah, kita pernah memiliki "do'a" yang sama yaitu semoga kita cepat lulus dan bebas dari tugas-tugas yang banyak itu. Sekarang Tuhan telah mengabulkan do'a kita, meskipun ada beberapa dari kita yang masih harus berjuang sedikit lagi. Dan... dibalik tawa kita kemarin, ada satu kenyataan yang  mengganggu bahagiaku, maksudku bahagianya kita. Yaitu keny

HMPS Akuntansi UMMU - Gerakan Akuntansi Berbagi

"28 Oktober 2017" Ini adalah foto teman-teman Himpunan Mahasiswa Program Studi Akuntansi (HMPS-A) UMMU bersama dengan teman-teman di Panti Asuhan Nurul Qalbi Ternate dalam kegiatan Gerakan Akuntansi Berbagi. Dari beberapa kegiatan yg pernah kami selenggarakan,ini adalah salah satu kegiatan yg paling berkesan untuk saya. Gerakan Akuntansi Berbagi adalah kegiatan amal  untuk menyantuni anak yatim piatu yang kami laksanakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa kepedulian sosial pengurus HMPS-A UMMU pada khususnya, dan diharapkan dapat berefek ke seluruh civitas akademika UMMU pada umumnya, dan lebih luas lagi pada masyarakat kota Ternate. Menurut kami Hari Sumpah Pemuda merupakan momen yg tepat untuk diperingati oleh para pemuda khususnya pengurus HMPS-A UMMU dengan kegiatan yg positif. Salah satunya adalah Gerakan Akuntansi Berbagi yg sekaligus menjadi pengingat bahwa anak-anak yatim piatu yg berada di Panti Asuhan juga

SAGAWELE: Nenek dan Kakek

Dari kecil tinggal bersama nenek, ratusan pengalaman dan cerita telah nenek bagi kepada saya. Dan dari sekian banyaknya pengalaman dan cerita tersebut satu yang sering saya dengar adalah cerita tentang kakek. Seperti pagi tadi saat saya berbaring di sebelah nenek. "Kamu itu sama kayak kakek, kalo makan suka pilih-pilih" Kata nenek. "Karena itu dulu kakek yang sering ke pasar beli sayuran, beli ini-itu, meskipun tanpa nenek minta. Saat kakek ada gaji, kami ke pasar bersama. Beli gula, beli beras... ... Kami gak pernah ngutang." Kenang nenek. Kakek dari cerita-cerita nenek adalah gambaran sosok penyayang. Saya selalu menemukan senyuman diwajah nenek setiap kali mengenang kakek. Ingin saya selami pikiran dan hati nenek di saat-saat seperti itu untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh nenek. Rindu? Jika iya, maka benarlah; seseorang yang hidup di hati kita akan selalu tinggal di sana seberapa pun jauh raga kita terpisah. Kakek memang sudah tiada, tapi hidup

SAGAWELE: SMK Baru di Sagawele!

Di tulisan sebelumnya tentang SMP di mana saya bersekolah dulu, saya telah menceritakan bagaimana dulu kami mengakali fasilitas sekolah yang sangat terbatas. Kurangnya buku pelajaran; kadang hanya ada satu, sehingga kami harus mencatat setiap isinya; kurangnya guru-guru, kadang ada satu guru merangkap dua bahkan tiga mata pelajaran sekaligus; bahkan gedung pun saat itu adalah gedung tua SD yang tidak terpakai yang 'dipinjamkan' kepada SMP kami. Tiga ruangan, salah satunya dipetak menggunakan triplek menjadi dua ruangan; satu ruang kelas satunya lagi ruang kantor. Beruntunglah, kini SMP kami telah memiliki gedung sendiri. Dan kini gedung tersebut juga digunakan oleh SMK yang baru didirikan di desa ini. SMK yang baru memulai semester awal mereka tahun kemarin. SMK dengan siswa-siswi angkatan pertamanya. Sebagai sekolah yang baru berdiri maka kondisi mereka tidak jauh berbeda dengan kondisi kami dahulu. Yang membedakan; jika dulu kami menggunakan gedung tua SD yang tidak ter

SAGAWELE: SMP N 6 Kayoa Selatan - SMP 57 Halmahera Selatan

Sekitar tahun 2007 didirikanlah sebuah Sekolah Menengah Pertama di Sagawele. Sekolah ini merupakan tempat aku bersekolah dulu juga merupakan satu-satunya SMP di Sagawele. Awalnya, SMP ini merupakan sekolah swasta dengan nama SMP Waisamola. Aku termasuk angkatan ke dua dari SMP ini. Kurang lebih setahun sebelum aku lulus, SMP Waisamola dinegerikan dan berganti nama menjadi SMP Negeri 6 Kayoa lalu akhirnya menjadi SMP 57 Halmahera Selatan hingga sekarang. Dulu, zamannya kami bersekolah di SMP ini-saat masih bernama SMP Waisamola, kami 'meminjam' satu gedung SD Negeri 34 Halmahera Selatan yang terdiri dari tiga ruang kelas. Gedung tersebut merupakan gedung lama SD yang saat itu tidak lagi terpakai. Seperti yang ku tulis pada postinganku sebelumnya, SD Negeri 34 Halmahera Selatan atau yang dulunya bernama SD Negeri Sagawele adalah SD tempat aku bersekolah dulu juga merupakan satu-satunya SD di Sagawele. Dari tiga ruangan tersebut, salah satu ruangan dipetak menjadi dua menggu

SAGAWELE: SD Negeri Sagawele - SD Negeri 34 Halmahera Selatan

Ini SD-ku, SD Negeri Sagawele yang sekarang berganti nama menjadi SD Negeri 34 Halmahera Selatan. SD ini merupakan satu-satunya SD di Sagawele. SD di mana Kakek dulu pernah menjadi Kepala Sekolah. Dan meskipun tidak pernah melihat wajah beliau, cerita-cerita dari orang-orang di sini membuat aku mengidolakan Kakek sejak kecil. Karena beliau, saat SD ketika ditanya apa cita-citaku, aku selalu mantap menjawab "guru". Banyak yang berubah dari sekolah ini, ada gedung baru (*baru aku lihat hehe) yang difungsikan sebagai ruang guru (kantor), pintu pagar yang terbuat dari kayu yang bisa rusak kapan saja jika ada yang membukanya dengan tergesa-gesa, kontras dengan pagar beton yang kokoh tapi kehilangan warna, papan nama sekolah yang entah kenapa rusak dan dibiarkan begitu saja, cat gedung sekolah yang mulai memudar dan entah kenapa tidak dicat kembali, plafon di beberapa ruangan yang sudah mulai reot dan entah kenapa tidak diperbaiki, dan masih banyak lagi. Rentang waktu tujuh tah

SAGAWELE: Guruapin - Mantan Ibu Kota Kecamatan Setia Jadi 'Pusat Perbelanjaan'

Ini Guruapin. Dulu pernah jadi ibu kota kecamatan sebelum dipindahkan ke daerah lain. Boleh dibilang Guruapin adalah 'pusat perbelanjaan' masyarakat di kecamatan Kayoa Selatan, baik saat masih berstatus sebagai ibu kota pun setelah tidak lagi. Kayoa Selatan sendiri merupakan salah satu kecamatan dari beberapa kecamatan di Pulau Kayoa. Dan desa-desa di sana merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang dipisahkan oleh lautan. Alat transportasi yang menghubungkan masyarakat antar desa adalah 'katinting' yang juga digunakan untuk mencari ikan dan pergi ke kebun oleh masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai nelayan dan petani. Meskipun saat ini telah dibangun infrastruktur berupa jalan darat yang menghubungkan beberapa desa namun 'katinting' masih menjadi pilihan nomor satu. Guruapin selalu ramai di hari Jum'at yang merupakan Hari Pasarnya masyarakat di sana. Orang-orang dari setiap desa di Kecamatan Kayoa Selatan datang untuk belanja kebutuhan pokok dan ada y

SAGAWELE: Afternoon Routine - Mandi 'Air Garam' vs Nenek

Waktu kecil dulu suka sekali mandi di pantai. Tapi harus dapat izin dari yang berwenang; Nenek. Kadang diizinin dan kadang tidak. Dan proses minta izinnya lebih susah dari proses minta izin di lembaga manapun 😅. Kalau diizinin langsung lari kayak Flash dan dalam hitungan detik sudah sampai di pantai. Serius. Nah, masalahnya kalau sudah di pantai suka lupa waktu pulang karena keasyikan berenang dan main segala permainan sama teman-teman. Biasanya kalau berenang dari jam setengah 5 pulangnya hampir Maghrib. Padahal sebelum pergi diberi 'mandat' untuk pulang cepat. Alhasil, Nenek selalu turun tangan! Ke pantai bawa rotan dan dengan wajah seperti di foto ini beliau mengucap kembali 'mandat' beliau saat saya minta izin. Melihat nenek dan rotan beliau, saya tidak punya pilihan lain selain lari seperti Flash-tunggang langgang lebih tepatnya- pulang ke rumah, mandi cepat-cepat dan langsung ke masjid. Keesokan sorenya minta izin lagi untuk mandi di pantai. Kalau berun

SAGAWELE: 'Cermin' - Traditional Swimming Goggle made in Kayoa

Selamat berakhir pekan! Ngomong-ngomong, benda yang dipakai dua 'pucuk' ini adalah kacamata renang. Ya, kacamata renang made in Kayoa! Orang-orang di sini menamainya: "Cermin". Kegunaannya sama seperti kacamata renang pada umumnya; membantu melihat dengan jelas ketika berada di dalam air juga melindungi mata agar tidak perih ketika berenang di laut.  Sebagai masyarakat pesisir, laut menjadi sahabat bagi orang-orang di sini. Maka tidak heran ketika melihat anak kecil berlarian di pantai menggunakan kacamata renang ini. Ada yang menggunakannya untuk sekedar berenang dan ada yang menggunakannya untuk menangkap ikan 'meniru' ayah mereka. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kacamata renang ini dapat ditemukan di sekeliling kita. Dari yang saya lihat, bahan-bahannya antara lain kayu yang berfungsi sebagai frame, kaca, tali karet (sepertinya menggunakan karet ban), dan mata kail untuk mennyambungkan tali karet dengan frame-nya. Cara membuat

SAGAWELE: Wagik Roti

Matahari masih ganas meskipun hari sudah sore. Suara dedaunan pohon jambu di teras rumah yang tertiup angin terdengar seperti nyanyian pengantar tidur. Dari kejauhan suara anak-anak kecil tertawa dan sesekali berteriak, mereka pasti sedang bermain-mengejek matahari di atas sana. "Waaaaaaaagik rooootiiiii" Sebuah lengkingan suara di depan rumah memaksa mata saya terbuka lebar. Karena kaget kantuk yang sedari tadi merayu pergi seketika. Sumber suara itu asalnya dari seorang anak kecil yang membawa wadah plastik berisi roti. "Wagik roti" sendiri dalam bahasa orang di sini jika di-Indonesiakan artinya jual roti. Saya tertawa. Bukan karena menertawan anak itu juga bukan karena menertawakan diri saya sendiri yang dikagetkan oleh suaranya. Saya tertawa karena teringat dulu sayalah yang sering meneriakkan "wagik roti". Ya, dari SD hingga SMP saya dulu jualan roti. Roti buatan nenek. Saya membawa wadah plastik besar berisi 25 hingga 30 buah roti. Meneria

SAGAWELE: Morning Routine - Menyapu Jalanan

Di kota, ketika malam beranjak meninggalkan pagi maka penandanya adalah suara kendaraan yang mulai terdengar ramai. Beda dengan di desa yang jarang bahkan hampir tidak ada kendaraan bermotor, khususnya di desa ini, penandanya adalah suara sapu di jalanan. Orang-orang di desa ini punya kebiasan membersihkan jalanan setapak di depan rumah mereka, samping kiri-kanan, hingga halaman belakang rumah mereka. Suara sapu lidi yang mereka gunakan biasanya mulai terdengar saat usai sholat shubuh dan makin riuh hingga matahari menyapa dengan sinarnya di Timur. Sepertinya menyapu jalanan atau membersihkan halaman rumah saat pagi adalah hal wajib bagi orang-orang di sini. Saya ingat waktu kecil dulu saat bangun terlambat dan belum sempat menyapu halaman rumah, nenek selalu bilang: "Tuh, lihat. Halaman rumah orang lain sudah bersih semua. Halaman kita masih kotor. Ayo sapu, bersihin, gak malu sama orang?" Dan yang ngomong kayak gitu bukan cuma nenek tapi semua nenek dan orang t