Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2018

ORANG KETIGA

  Tidak ada petani yang menyukai hama yang menyerang tanaman mereka. Bayangkan saja apa yang dirasakan para petani ketika tanaman yang mereka rawat dengan baik berharap bisa dipanen nantinya mati atau dirusak oleh hama? Sedih, marah, jengkel, rasanya ingin memusnahkan hama-hama itu dari muka bumi. Apa yang dirasakan oleh para petani ketika tanamannya diganggu oleh hama ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh mereka yang hubungan asmaranya diganggu oleh seseorang.  Orang-orang sering menyebut pengganggu hubungan asmara orang sebagai 'orang ketiga'. Maka tidak salah ketika orang-orang di daerahku menyebut Marshanda sebagai hama karena memerankan tokoh sebagai 'orang ketiga' atau pengganggu hubungan asmara orang dalam sinetron yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta. Hama dan orang ketiga; keduanya sama-sama pengganggu. "Hama? Orang Ketiga?" Apa itu berarti jika aku diibaratkan sebagai para petani itu, maka aku telah

LUKA KEDUA

"Apa itu jatuh hati, Kak? Apa itu sebuah penyakit? Kenapa hati bisa jatuh, Kak?" Aku menghentikan Mike Mohede menyanyikan lagunya yang berjudul Jatuh Hati di laptopku. Kualihkan pandanganku pada gadis kecil berkepang dua yang sedang menggambar tepat di depanku. Satu jam yang lalu dan Ia baru saja menyelesaikan gambar bebeknya yang berleher panjang seperti jerapah, dua kaki yang panjang sebelah, masing-masing kaki mendapat bonus dua jari, jadilah bebek berjari-jari sepuluh, berekor seperti ekor Shaun-domba dalam serial kartun Shaun the Sheep. Benar-benar tidak ada bakat menggambar sama sekali. Sama sepertiku. Ia meletakkan pensil gambarnya lalu menatapku, menunggu jawaban atas pertanyaannya. "Jatuh hati itu kata lain dari rasa suka. Dan itu bukan penyakit, Yaya" Ia kelihatannya tidak memahami jawabanku barusan.  "Ini tas baru yang kemarin dibeliin sama Mama, kan, waktu jalan ke mall?" Aku menunjuk sebuah tas yang berada di sampingnya. Ia te

CINTA PERTAMA

Ramai sekali tempat ini saat sore, seperti sekarang ini. Aku duduk di pembatas jalan setapak-yang sepertinya memang sengaja dibuat seperti tempat duduk, di dekat pohon sukun, menyaksikan puluhan manusia berwajah ceria. Sepertinya tidak ada yang peduli dengan terik matahari dan debu tanah lapangan yang mereka pijaki, kecuali aku yang memang sengaja memilih pohon sukun ini sebagai tempat berlindung. Lapangan volly desa ini memang sangat sederhana. Sebidang tanah dengan luas disesuaikan dengan luas ukuran lapangan volly pada umumnya, dengan garis lapangan dibuat dengan menggali tanah beberapa senti ke dalam-sepanjang lapangan, sedangkan tiang untuk mengikatkan netnya adalah dua batang kayu seukuran paha orang dewasa. Beberapa meter di samping kiri tempatku duduk juga ada lapangan sepak bola. Kecuali luasnya, kondisi lapangan sepak bola desa ini tidak jauh berbeda dengan lapangan vollynya. Lapangan sepak bola ramai oleh mereka yang hobbynya bermain sepak bola, begitu juga la

TELKOMSEL terlalu MAHAL di Indonesia Timur

Jadi gini, pernah gak, sih, ngerasa kalo paket nelpon dan paket internetan Telkomsel itu mahal banget? Tapi, kalo dibandingin dengan daerah lain di Indonesia, maka Indonesia bagian timurlah yang mahalnya kebangetan. Iseng-iseng saya buat beberapa perbandingan harga paket data nelpon dan internetan Indonesia Timur dengan daerah lain, sbb: (untuk kartu Simpati), Paket Nelpon 1.  Daerah lain: Rp1500/20 mnt      Indonesia Timur: Rp4500/20 mnt 2.  Daerah lain: Rp24.000/1700mnt       Indonesia Timur: Rp36.000/1700mnt Paket Internetan 1. Daerah lain: 1 GB/ 3 hari mulai Rp12.000      Indonesia Timur: 1 GB/ 3 hari mulai Rp17.000 2. Daerah lain: 30 GB/ 30 hari mulai Rp70.000      Indonesia Timur: 30 GB/ 30 hari mulai Rp105.000 Nah, selain harga paket data, dibandingkan dengan daerah lain, Indonesia Timur inilah satu-satunya wilayah dengan pengenaan tarif yang paling mahal. Bukan hanya tarif nelpon dan smsan, tapi juga tarif internetan. Saya rasa, semua masyarakat di Timur sudah

(PEMILU) - Pemilihan Gubernur Maluku Utara

Saya bisa ikut 'nyoblos' pertama kali itu pada tahun 2014. Kalau tidak salah Pemilu Legislatif.  Waktu dikasihatu bisa ikut Pemilu, saya biasa aja karena tidak begitu tertarik dengan 'politik' wkwkwk.  Saat sudah dekat hari Pemilu, Saya bingung siapa yg bakalan saya pilih. Orang tua saya juga tidak mengharuskan kami untuk memilih siapa, atau tidak mengharuskan kami untuk memilih pilihan mereka. Kami diberi kebebasan. Jadi ceritanya, kami sekeluarga punya pilihan masing-masing. "Pilih siapa yg menurut kamu bisa diandalkan" Singkat cerita, hari Pemilu pun tiba. Untuk orang yg baru pertama kali ikut Pemilu, saya malah tidak khawatir dengan 'tatacara nyoblos' karena bisa dibaca di papan informasi, pun bisa 'niru' dari orang lain yg 'nyoblos' duluan. Saya malah khawatir siapa yang bakalan saya coblos waktu itu wkwkwkwk. Saya menunggu di luar bersama beberapa teman sambil memperhatikan orang-orang yg dipanggil namanya. Akhirnya setelah

Gender Equality

Ketika ada yg menyebut "gender equality" atau kesetaraan gender, yang ada dipikiran saya adalah; perempuan. Well, saya membenarkan apa yg saya pikirkan ini dengan mengacu pada sejarah munculnya konsep kesetaraan gender. Ada banyak sekali penelitian, ada banyak sekali kajian, ada banyak sekali artikel yg saya dapat dari google (hahahaha) yg membuktikan bahwa kesetaraan gender diawali oleh perjuangan perempuan dalam menuntut hak dan kesetaraan dengan kaum lelaki atau yg biasa kita dengar dengan sebutan 'emansipasi' atau 'gerakan feminisme'. Terlepas dari sejarah, kita tidak bisa menampik fakta bahwa banyak dari kita yg mengidentikkan kesetaraan gender dengan 'perempuan', 'kesetaraan perempuan', 'feminisme', 'emansipasi wanita'. Fakta yg ketika kita melihat makna dari 'kesetaraan gender', maka tidak adil jika kita hanya bicara tentang hak-hak perempuan.  I mean we are talking about gender, right? jadi tidak adil jika kita

Di Ujung Rotan Ada Emas

Waktu masih sekolah dulu (SD, SMP, SMA) saya pernah dihukum guru. Seingat saya, saya sudah pernah dipukuli pake rotan atau pake penggaris papan yg tingginya melebihi tinggi saya saat itu. Betis, bokong, dan lengan jadi sasaran. Bahkan hidung, telinga, kepala, dahi, pun mulut tidak ketinggalan ikutan dihukum. Dulu, guru-guru Saya memang punya hukuman yg berbeda-beda. Ada guru yg suka menjewer telinga, ada yang suka memukul tulang hidung pake pensil atau pena, ada yang suka mencubit paha, ada juga yang suka menarik jambang, ada yang suka menjitak kepala, ada yang lebih suka menggunakan rotan, banyak pokoknya, macam-macam. Kesal, iya. Tapi jika diingat-ingat sekarang saya jadi befikir "Oh, jadi ini tujuan guru kami, ternyata untuk kebaikan kami sendiri" Zaman sekarang, sudah jarang bangat ada guru yang menggunakan hukuman fisik. Ya, karena apa? Salah sedikit saja gurunya langsung dilaporin ke polisi. Masuk penjara. Bahkan ada orang tua yang datang dan ngamuk-ngamuk ke sekolah