Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2019

Obrolan 5: "Bintang"

"Tidak ada pilihan yang salah. Bahkan saat kita merasa kecewa atas pilihan yang kita buat, setidaknya kita telah belajar dari itu" (-Alan Arifin) “Inilah untungnya ketika tidak ada listrik. Langit malam terlihat lebih cantik. Kita bisa melihat bintang-bintang dengan jelas. Kau lihat bintang-bintang yang di sana? Yang membentuk huruf A itu? Itu adalah bintang saya,” Tangannya menunjuk-nunjuk ke atas. “Bintangmu yang mana?” Dia bertanya lagi. “Saya? Saya tidak tahu. Mungkin semua bintang di atas? Ya, semua bintang di atas adalah bintang saya.” Mata saya tidak bisa terlepas dari langit malam. Benar sekali katanya tadi. Langit malam terlihat lebih cantik di sini. “Oh, come on . Kau tidak bisa memilih semuanya. Kau hanya bisa memilih satu bintang atau satu rasi bintang. Sekarang pilihlah,” Dia menolehkan wajahnya pada saya. Saya ikutan melihat ke arahnya, membuat tatap kami bertemu. Wajahnya terlihat dengan jelas meski hanya ditimpa cahaya bintang dan bulan yang mi

SAGAWELE: Juara Yang Tidak Naik Kelas

Saya baru saja keluar dari halaman parkir Telkom Ternate. Tadinya saya berencana untuk mengurus SIM Card saya yang hilang. Tapi sudah keburu tutup. Tidak heran.  Suara adzan di masjid sudah terdengar dari seberang jalan sana.  Itu artinya sudah pukul setengah 4 sore. “Kalau saja tadi tidak ketiduran…” Gerutu saya dalam hati. Saya agak ngebut  bawa motor- mengejar waktu karena jalanan pasti akan macet sebentar lagi. Tadi saja dari kosan ke sini jalanan sudah ramai. Orang-orang sibuk ngabuburit ?.  Ah, ya, ditambah tadi ada pawai yang dilakukan anak-anak SMA. Merayakan kelulusan mereka. Coret-coret baju, nge- rossi tanpa helm, teriak-teriak di atas mobil pickup , dan sebagian lari-lari di samping jalan. “Selamat, ya, adik-adik.” Saya  bergumam dalam hati. Ya, dalam hati saja. Tidak mungkin ikutan teriak, dong! Tapi kenapa, sih, setiap merayakan kelulusan harus dengan coret-coret seragam? Saya tidak pernah mengerti dengan tradisi tahunan anak-anak SMA yang satu ini. Tid

SAGAWELE: Tentang Seseorang dan Sebuah Rahasia

“Sebaiknya, kita pulang saja…” Saya menarik tangan sebuah tubuh yang duduk mematung dengan pandangan kosong. Bau aneka parfum orang-orang berpakaian neces di dalam ruangan putih berhias pita ini membuat asma saya kambuh sejak pertama kali masuk. Untunglah ada inhaler . Tapi bukan itu yang penting. Orang yang sedang duduk di samping saya, yang baru saja menghapus air matanya, tidak ingin beranjak dari tempatnya duduk. “Jika kau tidak ingin pulang, saya akan pulang sendiri” Dia menoleh. Saya berdiri tanpa mempedulikan jawaban darinya. “Sebentar lagi…” Dia memegangi tangan saya. Wajahnya menyimpul senyum. Tapi matanya meyiratkan lain. “Saya ingin mendengar ikrar mereka. Saya ingin membuat hati saya tahu bahwa tidak ada yang bisa ia harapkan setelah hari ini. Setelah mereka mengucap sumpah mereka.” Saya kembali duduk. Terpaksa. Beberapa menit kemudian yang ia tunggu akhirnya selesai juga. Ikrar itu terjadi. Bahkan ia turut menjadi saksi yang ikut mengatakan “sah” di hari per

SAGAWELE: Sepupu Ahli Pemetik Kelapa

Perkenalkan tiga sepupu saya dalam tulisan kali ini. Mereka adalah Ari, Aldi, dan Febi. Perkenalkan juga tokoh-tokoh lainnya ; Nenek, Bibi Atia, dan Nenek Jangki. Bibi Atia adalah Ibunya Ari dan Aldi. Saya bersepupu dengan mereka berdua karena Ayah mereka adalah kakak kandung Ibu saya. Sedangkan Nenek Jangki adalah neneknya Febi. Sebenarnya nenek kami juga, sih,  karena beliau masih sepupunya nenek. Dan itulah kenapa Febi juga masih sepupu saya. Sepupu ‘jauh’kata orang-orang. Oke, mari tinggalkan dulu silsilah keluarga! Suatu Minggu di musim hujan, saya dan ketiga sepupu saya diajak ikut bersama Nenek, Nenek Jangki, dan Bibi Atia ke kebun untuk menanam kasbi . Sebenarnya jika tidak hujan pagi itu, rencana awal kami adalah berangkat kurang lebih pukul 7.00. Namun begitulah, manusia hanya bisa merencanakan yang menentukan tetaplah Tuhan. Hujan mulai turun semenjak subuh dan baru berhenti sekitar pukul 8.00 lewat beberapa menit. Setelah itu barulah matahari mulai kelihatan.

SAGAWELE: Bubane

Selain laut, bubane adalah salah satu tempat yang disukai oleh anak-anak di Sagawele.  Bubane atau dalam bahasa Indonesia yang berarti kebun, adalah Mall bagi mereka. Kurang lebih seperti itu. Buktinya pada hari libur, hari Minggu misalnya, banyak anak-anak kecil yang menghabiskan waktu di sana. Bahkan kadang, saat tidak libur pun mereka tetap pergi ke sana sepulangnya mereka dari sekolah. Kalau bukan bersama orang tua maka pasti dengan teman-teman. Ketika pergi bersama orang tua maka kegiatan mereka tidak lain tentunya berkebun, membantu orang tua untuk membersihkan hama tanaman mereka, memanen tanaman, atau menanami kembali kebun mereka dengan kasbi . Ya, kasbi . Tanaman pokok orang-orang di Sagawele. Selain itu juga mereka menanam kelapa, mangga, pepaya, dan tanaman-tanaman lainnya seperti terong, rica, dan lain-lain. Seusai membantu orang tua barulah waktunya untuk ‘bermain’. ‘Bermain’; memetik kelapa muda di kebun untuk diminum, mencari kelapa tua yang jatuh untuk di

SAGAWELE: Mahasiswa KKS UMMU

"Perpisahan yang penuh dengan tangisan adalah perpisahan yang tidak kita inginkan. Perpisahan yang ditangisi adalah perpisahan dengan orang  yang kita kasihi." (-Alan Arifin) Seorang anak berseragam putih-merah sedang berdiri di depan kelas membelakangi papan tulis hitam yang dipaku ke dinding dengan cat berwarna kuning yang sudah memudar. Untuk ukuran anak sekolah anak ini boleh dibilang rapi. Mulai dari seragam yang kemejanya diisi dalam, dasi, ikat pinggang, kaos kaki, dan sepatu. Kurang topi? Tidak. Topinya diletakkan di atas meja karena aturannya: “ tidak boleh memakai topi di dalam kelas ”. Anak ini juga terlihat culun. Dasinya yang pendek ujungnya hampir menyentuh kepala ikat pinggangnya. Tidak heran karena ikat pinggangnya melingkar di atas pusarnya. Belum lagi kaos kaki anak ini yang tingginya hampir mencium lututnya. Jika dipakaikan kacamata bulat dan rambutnya disisir ‘belah-tengah’ maka sempurnalah keculunannya. Anak itu adalah saya. “Perkenalkan,

SAGAWELE: Bioskop Tradisional

"Orang-orang-beberapa orang,-masing-masing orang masih sibuk dengan dunianya sendiri. Sibuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan alasan untuk bahagia. (-Alan Arifin)" Saya baru saja melangkahkan kaki memasuki pintu bioskop. Yup, saya ingin menonton film. Ya, iyalah masa mau beli tomat?  Saya sendiri. Maksud saya ada banyak orang di dalam -tapi saya datang sendiri tanpa teman menonton. Tipikal introvert? Atau mungkin benar kata orang bahwa semakin dewasa kita semakin nyaman sendiri. “Kata siapa?” Ngomong-ngomong, bioskop tempat saya menonton adalah satu-satunya bioskop di Ternate. Baru dibuka sekitar setahun lalu? Kira-kira. Jadi, ruangan bioskop tidak pernah kehilangan penonton. Kecuali pada saat ditutup tentunya. Hehehe. ***                  ***                *** Ternyata banyak yang sudah mengantri untuk membeli tiket. Antriannya sama seperti antrian di bank saat tanggal muda seperti ini. Penuh.  Saya memutuskan untuk tidak ikutan mengantri dulu da