Di tulisan sebelumnya tentang SMP di mana saya bersekolah dulu, saya telah menceritakan bagaimana dulu kami mengakali fasilitas sekolah yang sangat terbatas. Kurangnya buku pelajaran; kadang hanya ada satu, sehingga kami harus mencatat setiap isinya; kurangnya guru-guru, kadang ada satu guru merangkap dua bahkan tiga mata pelajaran sekaligus; bahkan gedung pun saat itu adalah gedung tua SD yang tidak terpakai yang 'dipinjamkan' kepada SMP kami. Tiga ruangan, salah satunya dipetak menggunakan triplek menjadi dua ruangan; satu ruang kelas satunya lagi ruang kantor.
Beruntunglah, kini SMP kami telah memiliki gedung sendiri. Dan kini gedung tersebut juga digunakan oleh SMK yang baru didirikan di desa ini. SMK yang baru memulai semester awal mereka tahun kemarin. SMK dengan siswa-siswi angkatan pertamanya.
Sebagai sekolah yang baru berdiri maka kondisi mereka tidak jauh berbeda dengan kondisi kami dahulu. Yang membedakan; jika dulu kami menggunakan gedung tua SD yang tidak terpakai sekarang SMK tersebut menggunakan gedung SMP 'yang terpakai'. Jadilah jam belajar SMK tersebut dimulai seusai jam belajar SMP, yaitu siang hari saat siswa-siswi SMP pulang sekolah. Sedangkan kondisi lain seperti kurangnya guru-guru dan buku-buku tidak jauh berbeda dengan kondisi kami dulu...
#cttnAA #Sagawele
Beruntunglah, kini SMP kami telah memiliki gedung sendiri. Dan kini gedung tersebut juga digunakan oleh SMK yang baru didirikan di desa ini. SMK yang baru memulai semester awal mereka tahun kemarin. SMK dengan siswa-siswi angkatan pertamanya.
Sebagai sekolah yang baru berdiri maka kondisi mereka tidak jauh berbeda dengan kondisi kami dahulu. Yang membedakan; jika dulu kami menggunakan gedung tua SD yang tidak terpakai sekarang SMK tersebut menggunakan gedung SMP 'yang terpakai'. Jadilah jam belajar SMK tersebut dimulai seusai jam belajar SMP, yaitu siang hari saat siswa-siswi SMP pulang sekolah. Sedangkan kondisi lain seperti kurangnya guru-guru dan buku-buku tidak jauh berbeda dengan kondisi kami dulu...
#cttnAA #Sagawele
Comments