Saya bisa ikut 'nyoblos' pertama kali itu pada tahun 2014. Kalau tidak salah Pemilu Legislatif. Waktu dikasihatu bisa ikut Pemilu, saya biasa aja karena tidak begitu tertarik dengan 'politik' wkwkwk. Saat sudah dekat hari Pemilu, Saya bingung siapa yg bakalan saya pilih. Orang tua saya juga tidak mengharuskan kami untuk memilih siapa, atau tidak mengharuskan kami untuk memilih pilihan mereka. Kami diberi kebebasan. Jadi ceritanya, kami sekeluarga punya pilihan masing-masing.
"Pilih siapa yg menurut kamu bisa diandalkan"
Singkat cerita, hari Pemilu pun tiba. Untuk orang yg baru pertama kali ikut Pemilu, saya malah tidak khawatir dengan 'tatacara nyoblos' karena bisa dibaca di papan informasi, pun bisa 'niru' dari orang lain yg 'nyoblos' duluan. Saya malah khawatir siapa yang bakalan saya coblos waktu itu wkwkwkwk.
Saya menunggu di luar bersama beberapa teman sambil memperhatikan orang-orang yg dipanggil namanya. Akhirnya setelah menunggu sedikit lama, nama saya pun dipanggil. Saat pertama kali membuka kertas suara saya kaget. Ini calon-calon legislatifnya banyak sekali. "Pantesan tadi banyak yg lama waktu nyoblos".
"Bismillah"
Saya perhatikan baik-baik satupersatu foto 'ibu-ibu' dan 'om-om' berjas dan berdasi yg ada di kertas suara. Saya baca satu per satu nama mereka dengan tekhnik 'membaca cepat 250 kata per menit' yg saya dapat dari pelajaran Bahasa Indonesia. Dan setelah selesai saya sudah punya 'kriteria' khusus dan mantap bakalan 'nyoblos' siapa:
1. Saya coblos orang-orang yg namanya ada "Arifin" dan "Gani"
Percaya atau tidak, sebagian dari kandidat-kandidat tersebut 'Alhamdulillah' punya nama yg ada "Arifin"nya, juga ada yg "Gani" (Arifin dan Gani adalah marga orang tua saya 😅).
"ps: mereka ini bukan keluarga kami"
2. Sisanya saya sudah lupa waktu itu pake kriteria apa, tapi kalau tidak salah, saya "pilih" mereka yg partainya berwarna biru. Karena saya suka warna biru bukan karena saya 'ada sesuatu' dengan partai itu 😅
*** *** ***
Demikian pengalaman Saya hahahha. Saya menulisnya, selain karena iseng juga karena mengingat pemilihan Gubernur di Maluku Utara akan diselenggarakan beberapa bulan lagi. Ada beberapa catatan berikut yg mungkin bisa jadi pengingat untuk kita semua:
1. Kita berhak memilih dan berhak menentukan sendiri siapa yg bakalan kita pilih dalam Pemilu. Tanpa paksaan dari orang lain
2. Kita tidak berhak memaksakan orang lain untuk memilih siapa yg bakalan kita pilih
3. (Jika) kita merupakan tim pemenang salah satu bakal calon, kita boleh mengkampanyekan 'jagoan' kita tanpa harus menjatuhkan 'jagoan'nya orang lain. Itu tidak keren sama sekali.
4. Kita semua bertanggung jawab untuk menjaga kemanan dan kelancaran Pilgub Maluku Utara Tahun ini.
PERHATIAN:
"JANGAN MENIRU CARA SAYA DALAM MEMILIH dari pengalaman saya di atas" 😂
Karena siapapun pilihan kita, akan menentukan masa depan daerah kita kedepannya...
#sukseskanPILGUB2018 😊
"Pilih siapa yg menurut kamu bisa diandalkan"
Singkat cerita, hari Pemilu pun tiba. Untuk orang yg baru pertama kali ikut Pemilu, saya malah tidak khawatir dengan 'tatacara nyoblos' karena bisa dibaca di papan informasi, pun bisa 'niru' dari orang lain yg 'nyoblos' duluan. Saya malah khawatir siapa yang bakalan saya coblos waktu itu wkwkwkwk.
Saya menunggu di luar bersama beberapa teman sambil memperhatikan orang-orang yg dipanggil namanya. Akhirnya setelah menunggu sedikit lama, nama saya pun dipanggil. Saat pertama kali membuka kertas suara saya kaget. Ini calon-calon legislatifnya banyak sekali. "Pantesan tadi banyak yg lama waktu nyoblos".
"Bismillah"
Saya perhatikan baik-baik satupersatu foto 'ibu-ibu' dan 'om-om' berjas dan berdasi yg ada di kertas suara. Saya baca satu per satu nama mereka dengan tekhnik 'membaca cepat 250 kata per menit' yg saya dapat dari pelajaran Bahasa Indonesia. Dan setelah selesai saya sudah punya 'kriteria' khusus dan mantap bakalan 'nyoblos' siapa:
1. Saya coblos orang-orang yg namanya ada "Arifin" dan "Gani"
Percaya atau tidak, sebagian dari kandidat-kandidat tersebut 'Alhamdulillah' punya nama yg ada "Arifin"nya, juga ada yg "Gani" (Arifin dan Gani adalah marga orang tua saya 😅).
"ps: mereka ini bukan keluarga kami"
2. Sisanya saya sudah lupa waktu itu pake kriteria apa, tapi kalau tidak salah, saya "pilih" mereka yg partainya berwarna biru. Karena saya suka warna biru bukan karena saya 'ada sesuatu' dengan partai itu 😅
*** *** ***
Demikian pengalaman Saya hahahha. Saya menulisnya, selain karena iseng juga karena mengingat pemilihan Gubernur di Maluku Utara akan diselenggarakan beberapa bulan lagi. Ada beberapa catatan berikut yg mungkin bisa jadi pengingat untuk kita semua:
1. Kita berhak memilih dan berhak menentukan sendiri siapa yg bakalan kita pilih dalam Pemilu. Tanpa paksaan dari orang lain
2. Kita tidak berhak memaksakan orang lain untuk memilih siapa yg bakalan kita pilih
3. (Jika) kita merupakan tim pemenang salah satu bakal calon, kita boleh mengkampanyekan 'jagoan' kita tanpa harus menjatuhkan 'jagoan'nya orang lain. Itu tidak keren sama sekali.
4. Kita semua bertanggung jawab untuk menjaga kemanan dan kelancaran Pilgub Maluku Utara Tahun ini.
PERHATIAN:
"JANGAN MENIRU CARA SAYA DALAM MEMILIH dari pengalaman saya di atas" 😂
Karena siapapun pilihan kita, akan menentukan masa depan daerah kita kedepannya...
#sukseskanPILGUB2018 😊
Comments