Skip to main content

SURAT KEEMPAT


"Apa kabar?

Kamu pasti baik-baik saja bukan? Aku juga baik-baik saja. Kecuali hatiku.

Kamu tahu, sekarang aku berada di mana? Aku berada di pantai. Pantai pertama yang pernah kita datangi bersama. Dulu. Ah, sudah lama sekali. Kamu mungkin tidak mengingatnya, tapi aku, aku bahkan tidak bisa melupakannya meski aku ingin. Bagaimana aku bisa melupakan pantai ini jika ia menyimpan kenangan bersama kamu?

Sebenarnya aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak pernah datang ke sini lagi semenjak hari di mana kamu memutuskan untuk 'berubah' dulu. Saat itu aku telah memutuskan untuk melupakan segala tentang kamu, termasuk pantai ini. Tapi begitulah, aku selalu kalah oleh perasaanku sendiri. Bagaimanapun aku berusaha, perasaan untukmu tidak pernah berkurang barang sedikitpun. Bahkan setiap hari ia bertambah, membuat sesak hati.

Apa kamu penasaran kenapa aku berada di sini sekarang? Meskipun tidak, biar kukatakan alasannya: Pertama, karena aku merindukan kamu! Iya, karena aku rindu kamu. "Apa itu artinya aku tidak pernah merindukannmu di hari-hari lain?" Tidak! Kapan aku tidak pernah merindukanmu? Aku selalu. Tetapi kali ini aku tidak bisa menahannya. Dan sebelum rindu itu semakin besar, sebelum hatiku semakin sesak maka kuputuskan untuk mendatangi pantai ini. Aku ingin menguranginya; mengurangi rinduku; mengurangi sesak di hati .

Alasan lainnya kenapa aku ke pantai ini sekarang adalah karena hari ini tepat setahun aku kehilangan kamu. Apa kamu ingat? Mana mungkin kamu ingat?! Kamu tahu, di hari itu aku ke tempat ini. Di hari tepat di mana kamu 'berubah'. Aku sendiri, duduk mematung memandangi tiap tempat di mana kamu duduk dan berdiri di sini dulu. Hari itu aku juga menuliskan surat untuk kamu. Surat ketiga. Surat panjang berisi pengakuan atas perasaanku padamu, surat yang juga berisi tumpahan rasa sakit karena harus kehilanganmu di hari itu. Kehilangan? Ah, aku bahkan tidak pernah memiliki kamu.

Mama pernah bilang, "Ri, kita merasa kehilangan bukan karena kita memiliki. Kita merasa kehilangan karena kita mencintai" Dan itu pembenaran atas rasa kehilanganku. Meskipun aku tidak pernah benar-benar memilikimu, meskipun kau tidak pernah kumiliki, aku merasa kehilangan karena aku mencintai kamu.

Dan sampai sekarang... rasa itu tetap ada. Cinta itu masih sama. Menjadi luka yang tidak pernah sembuh. Tidak akan pernah sembuh. Kau tahu saat kita kehilangan orang yang kita cintai kita tidak hanya dan akan berkabung hari itu saja, melainkan seumur hidup kita.

Apa kabar?

Sungguh aku ingin tahu bagaimana keadaanmu meski aku yakin kamu pasti baik-baik saja. Kamu juga pastinya bahagia bukan? Aku mungkin juga bahagia. Mungkin.

Ngomong-ngomong ini sudah kali ke empat aku menuliskan surat untuk kamu. Meskipun aku tahu, peluang surat ini dan surat-surat lain sebelumnya bisa kamu baca adalah satu banding sejuta kemungkinan. Sama seperti peluang hatiku bisa memiliki hatimu. Tapi ini adalah caraku untuk bisa jujur dengan perasaanku, cara untuk mengakui bagaimana perasaanku yang sesungguhnya, cara untuk mengatakan betapa hatiku begitu menginginkan kamu, dan selebihnya untuk mengurangi sedikit sakit dan sesaknya memendam perasaanku padamu.

Jika surat-surat itu ditemukan oleh orang lain maka boleh jadi ada yang sudah tertawa di luar sana membaca surat pertama dan keduaku, tentang bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu, bagaimana aku berusaha mencuri perhatianmu, bagaimana konyolnya aku setiap kali di dekatmu, juga bagaimana pandanganku tidak bisa lepas darimu. Boleh jadi juga ada yang sudah mengasihani pemilik surat bodoh itu ketika membaca surat ketigaku di hari kamu 'berubah' dulu. Atau boleh jadi, belum ada yang membuka botol-botol berisi surat untukmu yang kuhanyutkan itu.  Surat-surat berisi rahasia terbesarku. Surat-surat pengakuanku.

"Aku takut. Aku takut masih mencintaimu meskipun Tuhan tidak menggariskan kamu untukku" Aku ingat pernah menulis kalimat itu di salah satu surat-suratku sebelumnya. Sekarang ketakutanku itu malah terjadi. Dan jika bisa meminta pembenaran; bukankah perkara cinta selalu membuat hati sulit untuk dikendalikan? Aku tidak bisa membuat cintaku berkurang untukmu, bahkan ketika aku terluka dengan sangat. Aku tidak pernah bisa menghapus namamu yang sepertinya dibuat permanen di dalam hatiku. Aku mencintaimu hingga sekarang...

Dan entah sampai kapan...

Terakhir, jika keajaiban membuat kamu bisa membaca surat ini aku ingin menanyakan satu hal penting yang ingin ku ketahui sejak dulu-meskipun dengan berubahnya kamu sebenarnya telah menjadi jawaban-

tapi...

apa kamu pernah memiliki 'perasaan itu' padaku? apa kamu pernah mencintaiku barang sedikit saja?

..."
            ***            ***            ***            ***            ***
Aku menggulung kertas berisi pengakuan dan rahasia tentangnya yang baru selesai kutulis, memasukannya ke dalam botol lalu ku lemparkan ke laut. Ini adalah surat keempatku untuk 'seseorang yang lain'. Entah dari mana aku mendapatkan ide tersebut. Jelasnya menulis pengakuan dalam surat-surat itu cukup membantu mengurangi sesak di hatiku. Aku menghembuskan napas lega sambil memandangi botol yang kini 'berlayar' membawa 'rahasiaku'.

Di saat-saat dramatis seperti itu tiba-tiba suara Yaya menirukan gurunya terngiang ditelingaku "Jangan pernah membuang sampah ke laut, itu bisa mengotori dan mencemari laut. ... ..." Ah, aku jadi merasa bersalah telah mengotori dan mencemari laut. Aku janji, ini akan jadi yang terakhir kalinya.


Aku masih belum ingin pulang. Aku masih ingin di sini...

Comments

Popular posts from this blog

Home is My Favorite Word

  Salah satu kata favoritku dalam bahasa inggris adalah ‘home’ yang berarti rumah. Memang kata rumah dalam bahasa inggris bukan hanya ‘home’, ada ‘house’ juga. Yang menjadi pembeda, saat kita bilang ‘house’ maka artinya hanya sebatas ‘bangunan fisik’ yang kita tempati. Tidak lebih. Sedangkan saat kita bilang ‘home’ kita tidak hanya bicara tentang bangunan fisik, kita bicara tentang perasaan. ‘Home’ berarti perwujudan apapun yang membuat kita nyaman dan menemukan cinta. Maka itu bisa tempat, bangunan, atau bahkan orang. Selama kita merasa nyaman. Selama kita merasa aman. Selama kita merasa dicintai. Selama kita bisa menjadi diri kita sendiri tanpa khawatir dinilai. Selama kita bahagia. Maka tidak penting dalam bentuk apapun, itu adalah ‘home’. Ketika seseorang bilang ke kita “you are my home” atau “you feel like home to me”, bagiku itu adalah bentuk penghargaan tertinggi.

Kenangan

  Aku biasanya berbaring di sampingmu. Semenjak kecil. Mendengarkanmu bercerita banyak hal. Apa saja, termasuk keinginan-keinginan sederhanamu. Terlalu sederhana. Seperti saat kau memintaku untuk membelikanmu sebuah sandal yang nyaman untuk kau pakai di rumah. Kadang giliranmulah yang mendengarkan aku bercerita. Lebih tepatnya berkeluh kesah. Saat banyak hal menyakitkan terjadi. Saat hati sesak, penuh dengan beban. Mengobrol denganmu selalu menjadi obat. Saat jauhpun kita tidak pernah absen mengobrol. Saling menelepon menjadi rutinitas kita. Meskipun hanya beberapa menit. Kau bilang; “Yang penting kmalongo nik Alan ni suara do” Sekarang, hening. Tempat tidur yang biasanya kau tempati, di mana aku biasanya berbaring di sisimu, sekarang kosong. Kau tidak lagi di situ. Tidak ada lagi senandung-senandung kecilmu. Pun obrolan-obrolan kita. Aku tidak bisa lagi mendengarkan suaramu. Semesta memutuskan telepon kita. Padahal masih banyak yang ingin kuceritakan padamu, masih banyak yang ingi...

Review Jurnal - Etika Bisnis dan Profesi

PERAN PENTING ETIKA BISNIS BAGI PERUSAHAAN-PERUSAHAAN INDONESIA DALAM BERSAING DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ( https://www.jagakarsa.ac.id ) Jeffry H. Sinaulan (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tama Jagakarsa) DIREVIEW OLEH Fachran Nurdiansyah Arifin A.     LATAR BELAKANG Dengan berkembangnya dunia ekonomi tentunya pelaku ekonomi harus memerhatikan faktor-faktor terkait dengan perkembangan tersebut. Dalam perusahaan dibutuhkan perencanaan jangka panjang dan strategi yang tepat untuk dapat bersaing dalam persaingan global yang sangat ketat saat ini. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam perusahaan untuk dapat bersaing dalam perkembangan ekonomi saat ini adalah terkait dengan masalah “etika”. Etika sangatlah penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya juga dalam mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk yang dijual oleh perusahaan. Tentunya hal tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat...