Skip to main content

Obrolan 2: "Hujan"

"Kadang kita terlalu banyak mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita keluhkan, bahkan mungkin tidak pantas kita keluhkan"
(-Alan Arifin)


"Hujan lagi"

"Maksudmu 'akhirnya hujan juga'. Baru dua kali hujan, kemarin saat kau datang dan hari ini, setelah hampir sebulan hujan tidak pernah turun di sini" Dia menyela.

Saya melihat ke arahnya. Dia masih mengenakan baju dan celana putih yang sama seperti saat terakhir kali kami bertemu dan mengobrol tentang warna langit- juga pertemuan kami sebelum-sebelumnya. Pun saya. Entah kenapa saya selalu mengenakan baju dan celana hitam yang sama setiap kali bertemu dia.

"Saya baru tahu" Saya memalingkan wajah ke luar jendela.

"Karena kau orang 'baru'. Tidak heran" Dia membuat wajah mengejeknya yang khas. Tersenyum, menyipitkan kedua matanya sambil mengangkat alis.

"Aaaaa, jadi boleh dibilang kedatangan saya membawa berkah" Saya tersenyum.

"Ya, berkah bagi desa ini tapi tidak untukmu, kan? Kau baru saja mengeluhkannya" Dia tertawa kecil.

"Terserahlah..." Saya masih melihat ke luar jendela. Hujan semakin deras. "Kenapa hujan harus turun sekarang, sih?"

"Yaa, karena ini memang waktunya untuk turun" Dia tertawa kecil.

"Waktunya tidak tepat" Aku mendengus.

"Tepat untuk orang-orang di desa ini" Dia melihat ke arahku.

"Relatif" Kata itu keluar dari mulut kami berdua. Kami tertawa.

"Kadang kita terlalu banyak mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita keluhkan, bahkan mungkin tidak pantas kita keluhkan. Kau mungkin tidak menyukai hujan yang turun saat ini. Tapi orang-orang di sini telah lama merindukannya. Mereka telah menghabiskan waktu untuk menunggu dan...berdo'a?. Jadi, daripada kau membuat perasaan dan pikiranmu tidak 'enak' kenapa kau tidak ikut bersyukur saja? Seperti yang kau bilang tadi, kedatanganmu boleh jadi berkah-meskipun saya tidak setuju" Khutbah panjangnya akhirnya bertitik juga. Saya mengamini.

"Kau tahu, dulu saat kecil hujan adalah hal ajaib bagi saya dan teman-teman. Berlarian di bawah rinainya. Bermain, kejar-kejaran bersama mereka. Aaah, membayangkannya saja sudah membuat bahagia. Jadi rindu masa-masa itu" Saya menjulurkan tangan keluar jendela. "Jika tidak dibolehkan mandi hujan, saya selalu memandang keluar jendela seperti ini-atau duduk di teras rumah memandangi tiap tetesnya yang jatuh di atas jalanan yang terlihat seperti mahkota-mahkota mungil berkilauan. Rasanya menyenangkan. Saya heran kenapa sekarang kebiasaan itu telah jarang saya lakukan?" Giliran saya mengakhiri curhat panjang saya.

"Jadi, kesimpulannya kau menyukai hujan tapi tidak saat ini?"

"Uummmmmh, kau tahu sendiri, saya harus ke kamar mandi sekarang dan menyalurkan hajat besar yang sudah saya tahan sedari tadi dan malah terjebak di rumah tua ini karena...karena hujan. Tapi bukan berarti saya tidak menyukai hujan" Dia tertawa mendengarnya.

"Kenapa kita tidak lari saja menerobos hujan? Kau bilang kau rindu berlarian di bawah hujan" Ada nada mengejek di perkataannya barusan.

"Jika usia kita masih belasan dan tidak membawa laptop sekarang, kau pikir saya mau terjebak di sini?" Dia tertawa. Saya ikut tertawa.

... ... ...

#cttnAA

Comments

Popular posts from this blog

Ada Apa Dengan Diskon? (AADD)

Siapa hayoo yg kalo dengar kata diskon gendang telinganya besar matanya melotot? Disadari atau nggak, kata diskon merupakan jurus ampuh yg selalu bisa membuat jualan laku. Percaya deh, kalau ada kata diskon terpampang pasti banyak orang yg bakalan menyerbu. Sebenarnya sih diskon itu cuman strategi pemasaran yg digunain penjual untuk mengelabui konsumen. Iya? Setidaknya, ada dua strategi diskon (lebih tepatnya sih pemalsuan diskon wkwkwk) yg biasa digunakan oleh penjual untuk membuat barangnya laku. Pertama, diskon diberikan hanya untuk produk yang merupakan barang lama yg gak laku. Namanya barang lama daripada gak laku terus gitu menuhin gudang mending dijual dengan harga murah (diberi potongan harga) biar bisa diganti dengan produk baru yg lebih trendi. Kedua, terkadang sebelum didiskon, harga dinaikkan terlebih dahulu. Jadi misalnya ada barang dengan harga sebenarnya Rp.100.000, nah dinaikkan nih oleh si penjual menjadi Rp.200.000 terus diberi diskon 50%. Paham ka

South Halmahera Regency

From Wikipedia, the free encyclopedia (https://en.wikipedia.org/wiki/South_Halmahera_Regency) South Halmahera Regency Regency Seal Country   Indonesia Province North Maluku Island Halmahera Capital Labuha Area  • Total 8,892 km 2 (3,433 sq mi) Population (2010)  • Total 198,911 Time zone WIT ( UTC+9 ) Website http://www.halselkab.go.id South Halmahera Regency or Halmahera Selatan is a regency of North Maluku Province, Indonesia . It lies partly on Halmahera Island and partly on smaller islands to the west and south of Halmahera. As of 2010 it had a population of 198,911 people. [ 1 ] The capital lies at Labuha on Bacan Island. Islands It is home to a number of archipelagoes and islands. Among them: Obi Islands , including Obira (main), Bisa, Obilatu and other small islands, comprising in all 5 kecamatan with 41,455 people at the 2010 census. Bacan Islands , including: Bacan I

Review Jurnal Manajemen Strategi

Judul               : Analisis SWOT dalam Menentukan Strategi Pemasaran Sepeda Motor    pada PT. Samekarindo Indah di Samarinda Sumber            : eJournalAdministrasiBisnis 2013, 1 (1): 56-70                           ISSN 0000-0000, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.org                           @copyright2013 Penulis             : Nur Afrilita T. Reviewer         : Fachran Nurdiansyah Arifin PENDAHULUAN             PT. Samekarindo Indah adalah perusahaan yang bergerak dalam penjualan kendaraan Suzuki dan merupakan Main Dealer Suzuki (distributor utama) yang ditunjuk oleh PT. Indomobil selaku ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) Suzuki untuk wilayah penjualan Kalimantan Timur khususnya di wilayah Samarinda. Selain melayani penjualan kendaraan Suzuki, PT. Samekarindo Indah memberikan pelayanan seperti servis serta menyediakan suku cadang bagi kendaraan Suzuki. Dalam hal sepeda motor, realisasi pengadaan dan pemasaran sepeda motor Suzuki mengalami fluktuasi pangsa pas