Skip to main content

Obrolan 6: "K.I.T.A"

"No. Suka berarti harus berjuang!"
(-Alan Arifin)

"Saya ingin menjelajahi dunia. Menapaki Tembok Besar Cina, menyentuh Eiffel dan menara Pisa, melihat Piramida, mencium Ka'bah, dan memeluk setiap orang yang saya temui di setiap negara yang saya kunjungi..."

"Yang terakhir agak gila, sih. Kau tidak benar-benar akan memeluk setiap orang yang kau temui kan? Pun jika kau benar-benar akan melakukannya, memang orang-orang itu akan mau?" Dia menyengir.

"Kau baru saja merusak mimpi seseorang..." Saya membuat wajah cemberut.

"Kenapa tidak kau lakukan sekarang?" Dia bertanya.

"Melakukan apa? Memeluk orang yang saya temui? Memeluk.... kamu?" Saya pura-pura tidak mengerti maksud pertanyaannya. "Kalau uang saya banyak, saya tidak perlu mengatakannya. Kau juga tidak akan mendengarnya sekarang karena pasti sekarang saya sudah ada di salah satu menara tertinggi di Dubai" Dia tertawa.

"Kenapa kau ingin sekali menjelajahi dunia?" Matanya lurus ke depan. Ke barisan pulau-pulau yang terlihat seperti  barisan penonton talkshow. Kamilah pembawa acaranya.

"Daripada hanya melihatnya lewat peta, lewat video dan foto-foto, bukankah lebih keren jika melihatnya langsung?"  Dia mengangguk mendengar jawaban saya barusan. Tatapannya tetap ke depan. "Tenang, jika mimpi saya ini terwujud, saya akan membawa kau ke negara favoritmu. Katakan, adakah negara yang ingin kau kunjungi? Atau tempat impianmu? Kita bisa pergi ke sana bersama-smaa." Saya melihat ke arahnya yang sekarang tertawa karena kata-kata saya barusan.

"Terima kasih,"

"Kau ingin ke Maldives? Jangan kaget, aku tahu kau suka Maldives. Aku pernah melihatmu memandangi fotonya berjam-jam. Jika kita bisa ke sana, kau bisa bergulingan di pasir putihnya berhari-hari, kau bisa berenang di sana berbulan-bulan." Kali ini dia melihat ke arah saya, mengabaikan penonton kami- pulau-pulau berseragam hijau itu. Dia tertawa kecil.

"Saya tidak perlu ke Maldives untuk bergulingan di pasir putih berhari-hari, apalagi untuk berenang berbulan-bulan," Dia menjeda bicaranya sejenak lalu berdiri dari tempat duduk kami. Saya ikut berdiri, menyusul langkah kakiknya. Kini kami agak membelakangi penonton dan berdiri memandangi desa kami yang sedari tadi menjadi background acara talkshow ini.  "Saya sudah sering melakukannya di sini. Saya sudah sering berbaring di pasir pantai di sini dan berenang di jernih airnya bertahun-tahun. Kapanpun saya mau, dan itupun tanpa harus membayar. Kenapa saya harus jauh-jauh ke Maldives untuk melakukannya?"

"Ok, you got a point. Tapi, justeru itu. Justeru karena kau telah melakukannya bertahun-tahun di sini, kau harus mencobanya di tempat baru. Lagian kau suka Maldives, kan?" Saya tetap ngotot ingin membawanya ke Maldives, meskipun itu baru plus hanya mimpi

"Suka tidak berarti harus ke sana, kan" Dia menyela.

"No. Suka berarti harus berjuang!"

"Sejak kapan kau menjadi semangat begini?"

"Loh, bukannya saya selalu semangat? Pokoknya, jika saya bisa mengelilingi dunia. Kau akan ikut saya bawa serta. Dan setiap kali kita berkunjung di suatu negara yang ada pantainya kau harus tiduran di pasirnya atau berenang di sana. Tidak boleh tidak!"

"Kedengarannya malah menakutkan..." Dia berjalan meninggalkan saya yang masih ingin mengatakan mimpi-mimpi saya berikutnya. Rencana-rencana yang akan saya lakukan jika memang mimpi-mimpi itu terwujud.

"Tunggu..." Saya berteriak padanya yang  telah melenggang pergi. Dia hanya menoleh sejenak, tersenyum lalu mempercepat langkahnya. Saya memungut buku bersampul warna-warni miliknya yang saya pinjam, di tempat kami duduk tadi lalu segera berlari menyusulnya. Sekawanan burung yang mencari makan di sekitaran pelabuhan berterbangan karena terganggu dengan langkah kaki saya...

Comments

Popular posts from this blog

Home is My Favorite Word

  Salah satu kata favoritku dalam bahasa inggris adalah ‘home’ yang berarti rumah. Memang kata rumah dalam bahasa inggris bukan hanya ‘home’, ada ‘house’ juga. Yang menjadi pembeda, saat kita bilang ‘house’ maka artinya hanya sebatas ‘bangunan fisik’ yang kita tempati. Tidak lebih. Sedangkan saat kita bilang ‘home’ kita tidak hanya bicara tentang bangunan fisik, kita bicara tentang perasaan. ‘Home’ berarti perwujudan apapun yang membuat kita nyaman dan menemukan cinta. Maka itu bisa tempat, bangunan, atau bahkan orang. Selama kita merasa nyaman. Selama kita merasa aman. Selama kita merasa dicintai. Selama kita bisa menjadi diri kita sendiri tanpa khawatir dinilai. Selama kita bahagia. Maka tidak penting dalam bentuk apapun, itu adalah ‘home’. Ketika seseorang bilang ke kita “you are my home” atau “you feel like home to me”, bagiku itu adalah bentuk penghargaan tertinggi.

Kenangan

  Aku biasanya berbaring di sampingmu. Semenjak kecil. Mendengarkanmu bercerita banyak hal. Apa saja, termasuk keinginan-keinginan sederhanamu. Terlalu sederhana. Seperti saat kau memintaku untuk membelikanmu sebuah sandal yang nyaman untuk kau pakai di rumah. Kadang giliranmulah yang mendengarkan aku bercerita. Lebih tepatnya berkeluh kesah. Saat banyak hal menyakitkan terjadi. Saat hati sesak, penuh dengan beban. Mengobrol denganmu selalu menjadi obat. Saat jauhpun kita tidak pernah absen mengobrol. Saling menelepon menjadi rutinitas kita. Meskipun hanya beberapa menit. Kau bilang; “Yang penting kmalongo nik Alan ni suara do” Sekarang, hening. Tempat tidur yang biasanya kau tempati, di mana aku biasanya berbaring di sisimu, sekarang kosong. Kau tidak lagi di situ. Tidak ada lagi senandung-senandung kecilmu. Pun obrolan-obrolan kita. Aku tidak bisa lagi mendengarkan suaramu. Semesta memutuskan telepon kita. Padahal masih banyak yang ingin kuceritakan padamu, masih banyak yang ingi...

Review Jurnal - Etika Bisnis dan Profesi

PERAN PENTING ETIKA BISNIS BAGI PERUSAHAAN-PERUSAHAAN INDONESIA DALAM BERSAING DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ( https://www.jagakarsa.ac.id ) Jeffry H. Sinaulan (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tama Jagakarsa) DIREVIEW OLEH Fachran Nurdiansyah Arifin A.     LATAR BELAKANG Dengan berkembangnya dunia ekonomi tentunya pelaku ekonomi harus memerhatikan faktor-faktor terkait dengan perkembangan tersebut. Dalam perusahaan dibutuhkan perencanaan jangka panjang dan strategi yang tepat untuk dapat bersaing dalam persaingan global yang sangat ketat saat ini. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam perusahaan untuk dapat bersaing dalam perkembangan ekonomi saat ini adalah terkait dengan masalah “etika”. Etika sangatlah penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya juga dalam mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk yang dijual oleh perusahaan. Tentunya hal tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat...