"Aku tidak ingin kau atau siapapun mencampuri urusanku dengan Tuhan..." -Alan Arifin
"Jika aku percaya pada Tuhan karena kamu, karena omongan kamu, itu artinya aku jelas lebih percaya kamu dari pada Tuhan. Jadi biar. Biar aku yang menemukan Tuhan sendiri. Aku tidak ingin kau atau siapapun mencampuri urusanku dengan Tuhan..." Jawabku tegas. Kurapikan buku-buku di atas meja dan mengisinya dalam ranselku. Aku hendak pergi dari tempat ini. Meninggalkan orang yang duduk di depanku yang sekarang hanya termangu.
"Kamu mau kemana?" Tanya dia ketika aku sudah beberapa langkah darinya.
"Pergi" Jawabku tanpa berbalik. Aku lanjut berjalan. Ku dengar langkah kakinya di belakang.
"Kemana pun kau pergi aku akan ikut. Aku harus ikut." Dia sudah berada di samping.
"Ke Toilet?" Tanyaku sambil terus berjalan.
"Aku ikut!" Timpalnya segera.
"Gilaaa" Aku tertawa.
"Orang marah gak boleh ketawa" Katanya.
"Siapa yang marah?" Aku menghentikan langkahku
"Gak tau. Ada orang di dalam tadi." Jawabnya cuek sambil terus berjalan. Dia merogoh saku kemejanya, mengambil earphone dan memakainya.
"Siapa yang ketawa?" Aku bertanya kembali.
"Gak kedengeran nih." Katanya. Aku mencopot earphone di telinga kanannya dan kupakaikan di telingaku. Lagu keroncong, Sampul Surat dari Ismail Marzuki yang dinyanyikan oleh Lilis Suryani.
*** *** ****
Setelah beberapa menit berdebat di ruangan tadi. Kami berjalan di atas trotoar. Menyusuri jalanan yang lengang. Diam. Hanya Lilis Suryani yang dari tadi tidak berhenti bersuara di telinga kami.
"Kamu lihat brosur ini? Atau papan iklan di atas?" Dia buka suara.
"Kenapa?"
"Kok kenapa?" Di balik bertanya.
"Lah, monyet juga bisa lihat kali papan iklan segede itu." Aku lekas duduk di bangku di atas trotoar ini. Siapapun yang punya ide menaruh bangku di trotoar jalan ini, terima kasih untuknya. Aku melepas ransel. Dia ikut duduk.
"Iya, kenapa sih papan iklan ini di pasang? Dia bertanya lagi.
"Nanya mulu. Kalau iklannya gak ditaroh di situ siapa yang mau beli produk mereka?"Aku melihat ke arahnya yang tersenyum.
"Nah, itu. Aku tuh tadi niatnya cuman ngiklan aja. Kamu lihat iklannya, kamu percaya, kamu datangi mereka, dan kamu rasain sendiri lalu sisanya terserah kamu." Dia mengangkat bahu lalu balik melihatku.
"Ini lanjut soal yang tadi nih?" Aku memasang wajah malas.
"He-em" dia mengangguk. "Anggap aja aku iklan. Jad.."
"Setiap aku nonton youtube. Setiap dengerin lagu. Setiap ngebuka internet. Semuanya iklan. Dan aku skip. Gaaaanggu!" Aku memotong bicaranya
"Tapi iklan gak bakalan nyerah..." Timpalnya. "Aku bakalan tetap ikut kamu. Ke pantai, ke pasar, ke gunung, ke toilet, kemana pun".
"Terserah kamu."
"Iklan emang tujuannya buat kita percaya ama dia. Tapi saat kita percaya ama dia itu artinya kita percaya ama orang yang ngebuat iklan itu sendiri." Dia mencopot earphone dari telinganya dan memberikan padaku. "Nih, sebelah lagi. Aku kerasin volumenya. Anggap aja kamu lagi ngeskip iklan."
Kami kembali terdiam. Kini Lilis Suryani hanya bernyanyi di telingaku. Aku menatap orang yang duduk di sampingku. Dia masih memandangi papan iklan di seberang jalan sambil tersenyum...
Comments