Skip to main content

20 Hari

 



“Nene oke hapangin lak jam 4 e” Pintaku padamu dulu saat masih sekolah.
Aku selalu memintamu membangunkan aku untuk belajar setiap subuh. Menemaniku membaca atau menghafal pelajaran-pelajaran sekolah. Setelah itu aku memintamu untuk mengujiku; menanyakan apa saja berkaitan dengan apa yang baru kubaca atau kuhafal.
Di ruang tengah rumah, di bawah lampu remang-remang, kita berdua sama-sama sibuk. Aku sibuk membuka halaman demi halaman buku, sementara kau berusaha agar matamu tetap terjaga menemaniku.
Saat kebetulan ada ulangan dan aku pulang dengan wajah murung, kau selalu meyakinkanku bahwa nilaiku pasti bagus.
“Lak e nik Alan jado” Katamu selalu.
Kau orang yang selalu percaya padaku saat aku sendiri ragu pada diriku. Saat aku kadang malu pada diriku sendiri, saat aku kadang merasa hina sendiri, kau orang yang selalu membanggakan aku.
Kau tidak pernah menyentil sedikitpun hatiku. Sebaliknya, kau seperti meletakkan perasaanmu di dalamnya. Apapun yang menyakitiku akan menyakitimu juga. Aku sering melihatmu menitikkan airmata saat tahu aku terluka, saat ada hal-hal yang kau tahu mengusik dan menyakitiku.
Aku masih ingat, pernah suatu saat asmaku kumat dan dilarikan ke mantri menggunakan perahu katinting. Di atas perahu, sambil terus mengelus dan memijit-mijit dadaku, kau sesekali menyeka air matamu.
Nek, aku berusaha untuk ikhlas dan menerima semuanya. Tapi setiap kali mengingat kenyataan bahwa kau telah pergi selamanya, semua usaha itu rasanya sia-sia. Aku rindu. Aku rindu tatapanmu saat melihatku belajar atau sekadar bercerita. Aku rindu tanganmu saat mengelus-elus punggungku. Aku rindu mendengarkan suaramu memanggilku.
Saat kecil aku selalu mengekorimu kemana saja. Jika kebetulan kau tak dirumah, aku akan mencarimu kemana-mana sampai ketemu. Sekarang, meskipun tahu kemana aku harus datang untuk menemuimu, aku tak akan bisa melihatmu lagi seperti dulu. Aku tidak bisa membawamu pulang ke rumah.
Hari ini, orang-orang berdatangan ke rumah lagi. 20 harimu secepat itu, nek. Rumah jadi ramai meskipun rasanya kosong karena kau tak di sini 💔

Comments

Popular posts from this blog

Home is My Favorite Word

  Salah satu kata favoritku dalam bahasa inggris adalah ‘home’ yang berarti rumah. Memang kata rumah dalam bahasa inggris bukan hanya ‘home’, ada ‘house’ juga. Yang menjadi pembeda, saat kita bilang ‘house’ maka artinya hanya sebatas ‘bangunan fisik’ yang kita tempati. Tidak lebih. Sedangkan saat kita bilang ‘home’ kita tidak hanya bicara tentang bangunan fisik, kita bicara tentang perasaan. ‘Home’ berarti perwujudan apapun yang membuat kita nyaman dan menemukan cinta. Maka itu bisa tempat, bangunan, atau bahkan orang. Selama kita merasa nyaman. Selama kita merasa aman. Selama kita merasa dicintai. Selama kita bisa menjadi diri kita sendiri tanpa khawatir dinilai. Selama kita bahagia. Maka tidak penting dalam bentuk apapun, itu adalah ‘home’. Ketika seseorang bilang ke kita “you are my home” atau “you feel like home to me”, bagiku itu adalah bentuk penghargaan tertinggi.

Kenangan

  Aku biasanya berbaring di sampingmu. Semenjak kecil. Mendengarkanmu bercerita banyak hal. Apa saja, termasuk keinginan-keinginan sederhanamu. Terlalu sederhana. Seperti saat kau memintaku untuk membelikanmu sebuah sandal yang nyaman untuk kau pakai di rumah. Kadang giliranmulah yang mendengarkan aku bercerita. Lebih tepatnya berkeluh kesah. Saat banyak hal menyakitkan terjadi. Saat hati sesak, penuh dengan beban. Mengobrol denganmu selalu menjadi obat. Saat jauhpun kita tidak pernah absen mengobrol. Saling menelepon menjadi rutinitas kita. Meskipun hanya beberapa menit. Kau bilang; “Yang penting kmalongo nik Alan ni suara do” Sekarang, hening. Tempat tidur yang biasanya kau tempati, di mana aku biasanya berbaring di sisimu, sekarang kosong. Kau tidak lagi di situ. Tidak ada lagi senandung-senandung kecilmu. Pun obrolan-obrolan kita. Aku tidak bisa lagi mendengarkan suaramu. Semesta memutuskan telepon kita. Padahal masih banyak yang ingin kuceritakan padamu, masih banyak yang ingi...

Review Jurnal - Etika Bisnis dan Profesi

PERAN PENTING ETIKA BISNIS BAGI PERUSAHAAN-PERUSAHAAN INDONESIA DALAM BERSAING DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ( https://www.jagakarsa.ac.id ) Jeffry H. Sinaulan (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tama Jagakarsa) DIREVIEW OLEH Fachran Nurdiansyah Arifin A.     LATAR BELAKANG Dengan berkembangnya dunia ekonomi tentunya pelaku ekonomi harus memerhatikan faktor-faktor terkait dengan perkembangan tersebut. Dalam perusahaan dibutuhkan perencanaan jangka panjang dan strategi yang tepat untuk dapat bersaing dalam persaingan global yang sangat ketat saat ini. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam perusahaan untuk dapat bersaing dalam perkembangan ekonomi saat ini adalah terkait dengan masalah “etika”. Etika sangatlah penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya juga dalam mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk yang dijual oleh perusahaan. Tentunya hal tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat...